Dunia komunikasi sangat menarik untuk diamati. Komunikasi verbal maupun komunikasi nonverbal memiliki ciri-ciri tersendiri. Komunikasi verbal yang mengandalkan bahasa tulisan atau bahasa lisan cukup mudah dipahami asalkan kalimat atau kata-kata yang dipakai cukup jelas. Tapi, komunikasi nonverbal yang banyak melibatkan warna, gerak tubuh, mimik muka, pakaian yang dikenakan, akan menimbulkan banyak interpretasi untuk memahaminya.
Warna
Saat bahasa verbal menjadi kendala, maka warna bisa membantu dalam mengutarakan maksud. Contohnya ketika ada pertandingan sepak bola tingkat dunia dipimpin oleh wasit yang tak bisa berbahasa Inggris, maka perintah keluar yang diberikan kepada seorang pemain bisa menjadi tontonan yang lucu karena si wasit dan si pemain saling tidak memahami maksud masing-masing.
Untunglah akhirnya ada ide cermerlang untuk menggunakan kartu berwarna. Sehingga wasit tak harus mengeluarkan satu kata pun kalau akan menghukum seorang pemain. Peluit ditiup, salah satu kartu merah atau kuning diacungkan. Bereslah sudah tugas si wasit pada momen itu.
Warna merah, kuning, hijau pada lampu lalu-lintas juga merupakan salah satu cara komunikasi nonverbal yang sudah dipahami oleh orang sejagad raya. Bagaimana bagi yang buta warna? Mereka tidak menandai lampu lalu lintas dari warna, tapi dari posisi lampu. Lampu atas yang menyala, berarti berhenti; lampu kuning yang menyala, berarti berhati-hati atau bersiap-siap; lampu hijau yang menyala, berarti jalan.
Baca juga: Pekerjaan dan Etika Wartawan
Bahasa Tubuh
Jangan terlalu percaya diri menggunakan beberapa simbol bahasa tubuh bila berada di negara yang baru saja Anda kunjungi. Perhatikan beberapa contoh bahasa tubuh berikut.
- Nigeria : acungan jempol artinya sangat kasar.
- Jepang : tanda OK, artinya uang atau koin.
- Amerika Latin: tanda OK, artinya sama dengan acungan jari tengah (kasar).
- Amerika : memutar telunjuk di samping kepala artinya orang gila.
- Italia : menjentik-jentikan dagu, artinya ‘Pergilah’.
- Filipina : mengangkat alis, artinya menyapa Anda.
Bahasa tubuh tersebut lazim digunakan di Indonesia dengan arti yang bagus. Namun, hati-hati menggunakan bahasa tubuh yang sama karena artinya mungkin tidak lazim di negara tertentu.
Baca juga: Pentingnya Etika dalam Kehidupan
Pakaian
Pakaian yang dikenakan seseorang sebenarnya mengirimkan pesan tertentu. Bila biasanya ibu Anda mengenakan daster di rumah. Lalu beliau memakai kebaya di hari Minggu, itu artinya beliau mau kondangan. Begitu pun bila jeans yang Anda pakai lalu Anda ganti dengan gaun malam nan cantik, itu artinya Anda akan pergi ke perjamuan atau undangan yang cukup resmi.
Dengan kata lain, setiap tempat dan acara secara tersirat atau tersurat menuntut kita untuk tahu diri dan mengenakan pakaian yang tepat dan tidak salah kostum.
Pada masa- zaman kerajaan yang masih begitu kental, pakaian rakyat biasa dengan pakaian para raja, ratu dan keluarga kerajaan lainnya sangatlah berbeda. Bahkan ada corak-corak kain tertentu yang hanya boleh dipakai oleh raja dan sangat diharamkan dipakai oleh rakyat jelata.