Cerita Legenda – Indonesia yang terdiri dari beraneka ragam suku dan budaya menyebabkan negara ini memiliki banyak cerita legenda. Setiap daerah pasti memiliki sedikitnya satu legenda yang telah dipercaya menjadi bagian dari sejarah. Keanekaragaman legenda menjadi suatu hal yang menarik dan memang layak untuk dijadikan edukasi.
Hal tersebut sejalan dengan adanya materi di Sekolah Dasar tentang legenda beberapa daerah. Hanya saja legenda tersebut biasanya ialah legenda yang terkenal. Cerita legenda bukan hanya dianggap sebagai sebuah sejarah tetapi juga sebagai pemanis kebudayaan. Oleh karena itu pemerintah menetapkan legenda sebagai salah satu materi dalam mata pelajaran di sekolah.
Banyak cerita legenda yang berkembang dan tersebar di seluruh Indonesia. Mayoritas legenda yang termasuk dalam kategori populer ialah legenda yang berkaitan dengan terjadinya suatu daerah, suatu benda atau sejenisnya. Hal tersebut bukan berarti legenda jenis lain seperti biografi seorang tokoh tidak bagus lho! Semua legenda pasti memiliki cerita yang menarik.
Pengertian cerita legenda adalah sebuah cerita yang telah dipercaya oleh penduduk bahwa cerita tersebut benar-benar terjadi. Cerita yang dipercaya benar-benar terjadi tersebut mencakup cerita terjadinya suatu daerah, suatu benda dan sejenisnya, ataupun yang berhubungan dengan biografi seorang tokoh. Berikut ini ialah enam cerita legenda yang terpopuler di Indonesia :
1. Malin Kundang Si Anak Durhaka
Legenda Malin Kundang menceritakan seorang anak yang dikutuk oleh ibunya lantaran menelantarkan ibu yang telah mati-matian membesarkannya. Dahulunya Malin adalah seorang anak yang ramah dan suka membantu kedua orang tuanya. Ekonomi keluarga yang semakin sulit membuat ayah Malin pergi merantau ke kota lain, tetapi ayah Malin hilang kabar sejak kepergiannya.
Sepeninggal ayahnya, ibu Malin menghidupi Malin seorang diri hingga menjadi anak yang gagah dan tampan. Ketika dewasa Malin mulai memikirkan masa depannya dan berusaha untuk mencari uang dengan berlayar bersama pembuat kapal tersukses di desanya. Naasnya, kapal Malin dan rombongannya dihancurkan oleh sekelompok perompak. Rombongan Malin terpisah karena terbawa ombak.
Malin terbawah arus ombak hingga akhirnya ia tersadar telah terdampar di sebuah pantai. Malin ditolong oleh warga desa dan ketika Malin melihat sekeliling desa, ia ternganga karena betapa subur dan makmurnya desa tersebut. Di sana ia berubah menjadi pedagang kaya dan menikahi gadis cantik juga kaya asal desa tersebut.
Ketika berbulan madu tak disangka ia menemukan desa kelahirannya, ibunya melihatnya dan menyambutnya. Namun, karena ia malu memiliki ibu yang miskin ia tak mau mengakuinya lantaran takut dinilai rendah oleh istrinya. Ibunya hanya dapat menangis menyaksikan anak yang ia besarkan menelantarkan dan durhaka padanya.
Malin tetap bersikeras tidak mengakuinya dihadapan semua penduduk dan awal kapal juga istrinya. Ibu Malin tetap menangis dan mengutuk Malin akan berubah menjadi batu karena sikapnya tersebut. Seluruh penduduk melihat, tak disangka kapal porak-poranda dan seketika Malin berubah menjadi batu. Ibunya menyesal tetapi Malin sudah tak bisa kembali lagi.
Baca juga: Contoh Cerita Hikayat
2. Legenda Sangkuriang
Cerita Legenda ini bermula dari dihukumnya seorang Dewi dan Dewa karena telah membuat sebuah kesalahan. Dewi tersebut dihukum menjadi seekor babi hutan sedangkan Dewa tersebut dihukum menjadi seekor anjing. Keduanya diharuskan berbuat baik kepada manusia di bumi sehingga anjing jelmaan Dewa mengabdi pada Raja bernama Sungging Perbangkara.
Ketidaksengajaan membuat babi jelmaan dewi hamil karena meminum air seni raja tersebut. Dewi melahirkan seorang putri cantik bernama Dayang Sumbi yang kemudian diangkat anak oleh Raja Sungging padahal putri tersebut anak biologisnya. Dayang Sumbi memutuskan mengasingkan diri di hutan ditemani oleh Tumang (anjing jelmaan dewa).
Dayang Sumbi termakan janjinya sendiri yang berkata akan menikahi pemuda yang menemukan torak yang hilang ketika menenun. Ia harus menikahi Tumang dan akhirnya ia mengetahui siapa Tumang sebenarnya. Dari perkawinannya, lahirlah Sangkuriang. Tanpa sengaja saat berburu, Sangkuriang menghunuskan anak panah ke Tumang dan menyerahkan hatinya untuk dimasak oleh ibunya.
Dayang Sumbi sangat marah dan melempar centong nasi ke kepala Sangkuriang hingga tempurungnya terbuka. Sangkuriang lari dan menghilang. Dayang sumbi meratapi kepergiannya sembari bertapa dan membuatnya awet muda. Hingga suatu hari mereka dipertemukan dan saling jatuh cinta. Tak lama Dayang Sumbi mengetahui bahwa kekasihnya adalah anaknya sendiri.
Dayang Sumbi mengajukan syarat menikah dengan dibuatkan danau dan perahu dalam semalam. Sangkuriang hampir menyelesaikannya karena dibantu oleh makhluk halus. Namun gagal karena tipuan Dayang Sumbi yang menepuk kain tenunnya dari arah timur sehingga terlihat seperti fajar akan terbit. Guriang kabur dan perahu tersebut ditendang Sangkuriang, terbentuklah Gunung Tangkuban Perahu.
3. Legenda Roro Jonggrang (Candi Prambanan)
Legenda ini menceritakan sebuah kerajaan bernama Prambanan yang makmur dan damai. Sampai pada suatu ketika ada serangan dari Kerajaan Penging. Dipimpin oleh raja Bandung Bondowoso, kekuasaan kerajaan Prambanan pun teralihkan. Ia membunuh Raja Prambanan yakni Raja Prabu Baka. Namun, tak disangka ia jatuh hati kepada putri dari Prabu Baka, Roro Jonggrang.
Bandung Bondowoso memaksa untuk menjadikan Roro Jonggrang sebagai istrinya, tetapi Roro Jonggrang tau bahwa dia yang telah membunuh ayahnya. Roro Jonggrang menolak secara halus dengan mengajukan syarat yang tak mungkin bisa dipenuhi Bandung Bondowoso. Ia meminta Bandung Bondowoso membuat 1000 candi dan sumur yang sangat dalam hanya dalam waktu semalam.
Tak habis akal, Bandung Bondowoso meminta bantuan para makhluk halus untuk memenuhi syarat tersebut. Roro Jonggrang yang awalnya yakin bahwa Bandung Bondowoso tak akan bisa memenuhi syaratnya lama-kelamaan menjadi ragu dan takut. Pasalnya pada pukul 04.00 candi sudah mencapai 995, ia mencari cara untuk menggagalkannya.
Akhirnya Roro Jonggrang memutuskan untuk meminta bantuan seluruh dayang istana untuk menghidupkan obor lalu membakar jerami. Ia juga memerintahkan para dayang untuk memukul-mukul alu pada lesung juga menaburkan banyak bunga. Suasana menjadi seperti menjelang terbit fajar. Pasukan makhluk halus mengira fajar telah terbit dan mereka lari kembali ke alamnya.
Saat itu candi telah berjumlah 999. Naasnya Bandung Bondowoso mengetahui bahwa itu hanya tipu muslihat Roro Jonggrang. Ia sangat murka dan akhirnya mengutuk Roro Jonggrang menjadi arca yang paling megah. Adanya arca kutukan Roro Jonggrang membuat candi genap berjumlah 1000.
Baca Juga: Cerita Fiksi: Pengertian, dan 5 contohnya
Legenda Banyuwangi
Cerita legenda ini menceritakan dahulunya terdapat seorang raja yang baik dan adil juga bijaksana, bernama Raja Prabu Sulahkromo. Ia berhasil memimpin desanya menjadi desa yang makmur dan sejahtera. Ia memiliki seorang patih bernama Patih Sidopekso dan memiliki istri bernama Sri Tanjung. Tak disangka sang raja jatuh cinta kepada Sri Tanjung.
Cinta membuatnya buta, ia menjadi licik dan menghalalkan cara untuk dapat merebut Sri Tanjung. Raja memerintahkan Patih Sidopekso untuk melaksanakan tugas yang tak masuk diakal, manusia tak akan bisa melakukannya. Kepatuhan Sang Patih terbukti, ia menyanggupi dan berangkat menjalankan tugas meninggalkan istrinya. Setelah itu, raja mulai merayu Sri Tanjung.
Tak berhenti dengan merayu Sri Tanjung, raja terus menggunakan cara licik. Ia memfitnah Sri Tanjung dihadapan Patih Sidopekso. Ia mengatakan bahwa Sri Tanjung selalu merayunya dan akhirnya berselingkuh dengannya selama Patih Sidopekso menjalankan tugasnya. Sang patih hilang kendali, ia begitu marah kepada istri kesayangannya dan tak mempercayai pembelaan istrinya tersebut.
Patih Sidopekso tetap akan membunuh Sri Tanjung. Sri Tanjung berpesan saat ia telah mati, ceburkan mayatnya ke sungai yang keruh. Jika air semakin keruh dan berbau, maka tuduhan raja benar dan sebaliknya. Setelah membunuh istrinya, Sang Patih menceburkan mayatnya dan berangsur-angsur sungai menjadi jernih serta berbau wangi tersebutlah nama Banyuwangi.
5. Legenda Danau Toba
Cerita legenda ini menceritakan seorang petani yang terbilang miskin dan juga masih melajang. Pada suatu hari setelah ia membajak sawahnya, ia memutuskan untuk memacing di sungai. Saat memancing ia berandai-andai memiliki seorang istri dan juga membayangkan akan mendapat ikan yang besar untuk dimasak nanti. Tak lama, pancingnya bergerak kuat.
Begitu girangnya ia menarik pancingnya dan terkagetlah ia ketika melihat seekor ikan yang sangat indah bersisik emas. Ia pun meletakkan ikan mas ke dalam ember berisi air. Sesampainya di rumah, ia mempersiapkan bahan-bahan untuk memasak dan begitu kagetnya ketika melihat ember berisi ikan berubah menjadi koin emas.
Baca juga: 6 Cerita Kancil dan Buaya yang legendaris
Di samping itu, muncul juga seorang wanita cantik yang entah datang dari mana. Wanita tersebut bernama Puteri. Puteri menjelaskan bahwa ia dikutuk oleh dukun menjadi ikan karena tidak mau dijodohkan. Koin emas di ember ternyata juga berasal dari Puteri, yaitu dari sisiknya yang terlepas ketika menjadi ikan.
Puteri merasa berhutang budi kepada Toba dan ia bersedia menjadi istri Toba. Puteri mengajukan syarat, Toba harus berjanji tidak akan membocorkan asal usulnya yaitu seekor ikan kepada siapapun dan Toba menyanggupi. Mereka menikah dan hidup bahagia. Beberapa waktu kemudian, mereka dikaruniai seorang anak laki-laki. Mereka memberinya nama Samosir.
Suatu ketika Toba sangat marah kepada Samosir karena memakan bekalnya padahal ia sangat lapar. Terlontarlah kata “anak ikan”! Samosir lari ke ibunya dan menceritakan kejadiannya. Puteri marah dan menyuruh Samosir pergi ke bukit yang akhirnya menjadi Pulau Samosir. Hujan sangat deras datang tiba-tiba yang menenggelamkan Toba dan jadilah Danau Toba.
Baca juga: 10 danau terluas di Indonesia
6. Terjadinya Kota Surabaya
Berdasarkan judulnya, dapat ditebak asal muasal legenda ini yakni dari Surabaya, Jawa Timur. Legenda ini terbagi menjadi dua versi, pertama Ikan Sura dan Buaya. Sedangkan yang kedua Sura (jaya / selamat) dan Baya (bahaya) jadi selamat menghadapi bahaya. Namun, masyarakat lebih mengenal legenda Ikan Sura dan Buaya.
Cerita legenda ini bermula dari pertengkaran yang tak kunjung mereda antara seekor buaya dan seekor ikan hiu sura. Setiap hari mereka bertengkar karena saling berebut wilayah kekuasaan. Wilayah kekuasaan diperebutkan karena berhubungan dengan wilayah perburuan mangsa. Keduanya jenis hewan buas karnivora (pemakan daging) sehingga kemungkinan perebutan mangsa sering terjadi.
Setelah sekian lama bertengkar, mereka memutuskan untuk membagi wilayah kekuasaan. Buaya untuk wilayah darat dan ikan hiu sura untuk wilayah perairan. Beberapa lama pembagian ini menimbulkan dampak positif. Mereka tidak lagi bertengkar. Lalu, suatu ketika ikan sura melanggar janjinya. Ia pergi mencari mangsa di sungai.
Pelanggaran tersebut awalnya berjalan mulus, hingga akhirnya buaya memergoki ikan sura sedang berburu di sungai. Buaya awalnya bertanya baik-baik mengapa ikan sura melanggar perjanjian, tetapi ikan sura tidak merasa bersalah. Ikan sura berkata bahwa sungai juga termasuk perairan sedangkan buaya meyakini sungai termasuk wilayah darat karena berada di daratan.
Keduanya bertengkar hebat, mereka saling dorong, terpentang, menggelinding dan jatuh berkali-kali. Sungai tempat mereka bertengkar yang awalnya jernih menjadi berwarna merah karena pertumpahan darah keduanya. Keduanya saling menggigit, buaya menggigit ikan sura sampai ekornya hampir putus. Begitu kesakitan, akhirnya ikan sura menyerah dan kembali ke laut. Lalu, tercetuslah nama Surabaya.
Terlepas dari kebenaran legenda yang tersebar di seluruh daerah di Indonesia, ada baiknya kita mengambil sisi positif dari legenda tersebut. Sisi positif dari legenda-legenda tersebut terletak dari hikmah yang dapat dipetik dari cerita tersebut. Setiap legenda pasti memiliki hikmah yang dapat dipetik dan dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.