Tentang benda vulkanik dari gunung berapi

Dari gunung api keluar benda-benda vulkanik ketika gunung meletus. Jika letusannya mengeluarkan lelehan lava, letusan tersebut dinamakan letusan lelehan (erupsi efusif).

Tetapi, jika dalam letusannya terjadi ledakan yang mengeluarkan benda vulkanik yang padat (eflata atau piroklastika) bersama-sama dengan semburan gas (karena gas vulkanik merupakan penggerak ledakan itu) maka letusan itu dinamakan erupsi eksplosif.

Benda vulkanik yang padat terdiri atas berbagai ukuran besar, berturut-turut dari yang besar dinamakan bom, lapili, pasir vulkanik dan abu vulkanik.

Gas yang keluar dari gunung api sangat bermacam-macam, setelah gunung api itu istirahatpun, sumber gas masih mengeluarkan gasnya sebagai gejala postvolcanic (pasca vulkanik), contohnya sumber gas asam arang dinamakan mofet, sumber gas belerang dinamakan solfatar dan sumber gas uap air dan zat lemas (N2) dinamakan fumarol. Kecuali sumber gas (ekshalasi), gejala pasca vulcanik yang lain adalah : sumberair mineral dan geyser.

Buih lava yang terlempar ke udara pada letusan eksplosif membeku dalam bentuk buih, sehingga wujudnya merupakan batuan padat yang berongga-rongga, dinamakan batu apung. Batu apung dapat dijadikan bata ringan yang kuat dan digunakan untuk bangunan bertingkat banyak.

Tentang benda vulkanik dari gunung berapi
Tentang benda vulkanik dari gunung berapi

Di sekitar gunung api yang pernah meletus, dahsyat atau kurang hebat, kita dapat menemukan benda-benda vulkanik itu. Aliran lava, Gunung Agung tampak jelas merupakan juluran batuan keras berwarna hitam dari kepundan gunung itu sampai ke pantai Karangasem.

Atap rumah-rumah di sekitar Gunung Galunggung ketika meletus pada tahun 1982 habis pecah-pecah karena tertimpa eflata besar kecil yang dilemparkan kepundan gunung itu, pasir vulkanik terhampar di daerah yang luas, sehingga untuk mengurangi timbunan pasir itu dan untuk memanfaatkannya dibangun jalan kereta api khusus untuk mengangkut pasir Galunggung.

Abu vulkanik yang disemburkan Galunggung menyebar ke seluruh Jawa Barat dan Jawa Tengah, bahkan dari Gunung Agung abunya sampai ke Jakarta.

Dalam sejarahnya, Abu Gunung Krakatau pada letusan tahun 1883 telah menghalangi cahaya matahari di seluruh dunia selama beberapa minggu. Tidak hanya itu, kapal terbang yang lewat di daerah sekitar Galunggung sempat mengalami kesulitan, karena abu vulkanik gunung itu mengganggu mesin kapal.

Gunung Kelud ketika meletus pada tahun 1919 telah meminta kurban yang tidak sedikit akibat aliran lahar panas yang berasal dari danau kepundan di puncaknya. Daerah aliran sungai yang berasal dari Gunung Merapi Jawa Tengah pada setiap awal musim hujan selalu dipenuhi lahar hujan, sehingga Sungai Krasak misalnya setiap tahun bukan hanya mengalami pendangkalan, tetapi seluruh palung sungai tersebut penuh dengan batuan eflata yang terbawa hujan dari lereng gunung Merapi.

Bayangkan, sepanjang tahun gunung Merapi mengeluarkan batuan padat dan ditimbunnya di lereng gunung itu. Pada waktu hujan mulai turun, sedikit-sedikit atau kadang-kadang sekaligus timbunan batuan itu diangkat ke bawah, merupakan aliran lahar hujan, kemudian masuk ke sungai-sungai dan dibawa ke daerah aliran sungai itu.

Selanjutnya : Gejala pasca vulkanik dan erupsi freatik

Pos terkait