Petter Higgs lahir di Newcastle pada tanggal 29 Mei 1929. Ia adalah peraih Nobel Fisika tahun 2013 atas teori partikel Tuhan yang ia temukan. Kecintaannya pada fisika sudah terlihat sejak muda. Ia banyak menggeluti buku-buku fisika.
Higga sejak kecil sering ikut ayahnya pindah dari kota satu ke kota lainnya. ayahnya yang berprofesi sebagai teknisi suara di radio BBC, membuatnya harus ikut pindah ketika ayahnya ditempatkan di sebuah kota tertentu.
Perpindahan demi perpindahan akhirnya membuat Higgs cukup bosan. Ia pun memilih menetap bersama ibunya di Bristol, sedangkan ayahnya menetap di Bedford. Menurut pengakuannya, ibunya adalah sosok penting yang membuatnya menjadi progresif dan berpikiran ke depan.
Kecintaannya pada fisika tumbuh saat Higgs bersekolah di Cotham Grammar School. Ia terinspirasi oleh Paul Dirac sebagai bapak mekanika kuantum yang ternyata alumni sekolah itu. Jejak Dirac membuat dirinya memulai menggeluti fisika teori. Ia sangat bergairah dan berekspresi tinggi dalam dunia fisika. Ia belajar, membaca, dan memahami buku-buku fisika teori.
Pada saat Inggris diserang Jerman, karier pendidikannya sempat terhenti. Akibat perang tersebut, ia harus terpisah dari orang tuanya. Higgs baru bertemu dengan orang tuanya lagi setelah berakhirnya perang.
Pada usia 17 tahun, ia masuk ke City of London School jurusan matematika. Kemudian ia melanjutkan pendidikannya di King’s College London dan lulus dengan gelar first class honour di bidang fisika pada tahun 1950.
Pada tahun 1952 ia mendapatkan gelar masternya di universitas yang sama. Ia kemudian menjadi dosen di University of Edinburgh. Pada saat menjadi dosen, ia sangat tertarik dengan fenomena benda di sekitarnya yang memiliki berat atau masa.
Ketika liburan, Peter Higgs banyak menghabiskan waktunya di cairngorms, sebuah kawasan pegunungan di wilayah timur dataran tinggi Skotlandia. Dalam liburan tersebut, ia berusaha mengotak-atik soal teori medan yang tak tampak dan partikel.
Rasa penasaran tersebut akhirnya dibawa ke sebuah penelitian. Hasil penelitiannya lalu dikirim ke jurnal ilmiah, The Physics Letters, namun ditolak oleh editornya. Penolakan tersebut karena Higgs dianggap tidak memiliki relevansi dengan keilmuan fisika.
Peter Higgs pun harus menjalani pengalaman pahit atas penelitiannya ketika ia sering diejek sahabat-sahabatnya. Orang-orang menyebutnya sebagai dosen ideot dan bodoh karena hanya berkutat pada Teori Mekanika Kuantum yang dianggap kuno waktu itu.
Sementara itu, peneliti yang lain, Robert Brout dan Francois Englert, membuat penelitian yang serupa dengan Higgs dan memuatnya di jurnal Physical Reviws Letters. Mereka menamakan medan tak tampak beserta partikel itu dengan sebutan “mekanisme Higgs”.
Penyebutan nama dalam penelitian Brout dan Englert membuat Higgs diundang ke Institute for Advanced Study pada bulan Maret 1966. Higgs diundang untuk menguji dan menjelaskan teori fisika yang dikembangkannya di hadapan sejumlah ilmuwan fisika kelas dunia.
Kesempatan tersebut dimanfaatkan dengan sebaik mungkin, mengingat karyanya pernah ditolak dan menjadi bahan ejekan rekan-rekannya.
Dalam pertemuan tersebut, banyak ilmuwan berusaha mengetahui penjelasan teoritis mengenai medan tak tampak dan partikel pemberi massa. Higgs pun berhasil menjawab semua pertanyaan itu dengan tangkas dan memukau.
Secara teoritis, Higgs telah berhasil meyakinkan ilmuwan dalam pertemuan tersebut. Namun ia belum bisa membuktikan medan tak tampak yang dimaksud. Partikel dan medan tak tampak merupakan wilayah yang sungguh kecil, sulit dilihat, bahkan dengan bantuan teknologi tercanggih saat itu.
Peter Higgs berhasil membuktikan teorinya setelah empat puluh delapan tahun kemudian, tepatnya pada tanggal 4 Juli 2012. Adalah CERN yang berhasil membuktikan teori itu. CERN memanfaatkan laboratorium pemecah partikel raksasa Large Hadron Collider (LHC) untuk membuktikan teori Higgs.
CERN mempresentasikan penelitian kolosal yang melibatkan 3000 ilmuwan dari 40 negara. Tim itu terbagi dua, dipimpin oleh Joe Incandela dan Fabiola Gianotti yang bereksperimen terpisah di Large Hadron Collider-A Toroidal LHC Apparatus (ATLAS) dan Compact Muon Solenoid (CMS).
Mereka menemukan partikel yang memiliki massa sekitar 125-126 GeV (gigaelectronic volts, atau seratus energi setara miliaran elektron volts). Dan partikel itu dinamakan partikel Tuhan.
Ada kisah unik dibalik istilah yang menggelitik tersebut. Istilah “partikel Tuhan” dikenal sejak tahun 1993 dari buku yang berjudul The God Particle; if the Universe is the Answer, What is the Question? karya penerima Nobel Fisika Leon M. Lederman.
Higgs menceritakan, awalnya sang penulis memberi nama partikel tersebut “goggamn particle” alias partikel terkutuk”. Saking sulitnya untuk ditemukan. Namun, editor tak berkenan dan mengubahnya menjadi “God particle” alias “partikel Tuhan”. Istilah tersebut tidak digunakan oleh par fisikawan, namun menarik bagi umum.
Baca juga: Biografi Karl Landsteiner sang penemu golongan darah