Pakaian Adat Sulawesi Utara – Sulawesi Utara merupakan sebuah provinsi di Indonesia yang penduduknya terdiri dari suku dan etnis yang heterogen. Ada empat suku mayoritas yang berada di wilayah ini, antara lain: suku Gorontalo, suku Bolaang Mangondow, suku Minahasa, dan suku Sangihe Talaud.
Jika membahas tentang kebudayaan di provinsi Sulawesi Utara ini, tentu tidak hanya membahas salah satu suku saja. Tetapi harus membahas secara menyeluruh tentang keempat suku tersebut, begitu juga saat jika membahas tentang pakaian adat Sulawesi Utara.
Berikut kami bahas Pakaian Adat Sulawesi Utara, Nama, Gambar Dan Penjelasannya dari beberapa suku bangsa yang mendiami wilayah tersebut.
Baca juga: Pakaian adat Gorontalo
1. Busana Adat Gorontalo
Walaupun Provinsi Gorontalo baru berdiri pada 22 Desember 2000, tidak berarti masyarakat wilayah ini mempunyai kebudayaan yang terbelakang. Suku Gorontalo berada di hampir seluruh provinsi Gorontalo, bahkan sampai ke provinsi tetangganya, yaitu Sulawesi Utara.
Kebudayaan suku Gorontalao telah dikenal semenjak jaman lampau. Diantara bukti sejarah peninggalan kebudayaan suku Gorontalo adalah pakaian adat Gorontalo yang bernama Mukuta dan Biliu.
Mukuta dan Biliu adalah sepasang pakaian adat Gorontalo yang biasanya dipakai saat upacara perkawinan. Mukuta dipakai oleh mempelai laki-laki dan Biliu dipakai oleh mempelai perempuan.
Mukuta dan Biliu disusun dari kain dengan kuning keemasan. Selain itu ada pula yang berwarna ungu dan hijau. Pemakaian busana adat ini juga dilengkapi dengan aneka ragam pernik dan aksesoris misalnya penutup kepala, ikat pinggang, terompah, dan sebagainya dengan nama khusus.
Baca juga: Pakaian adat Sulawesi Tenggara
2. Busana adat Bolaang Mangondow
Bolaang Mangondow yaitu suatu etnis suku di Sulawesi Utara yang pada jaman dahulu pernah membentuk sebuah kerajaan yang bernama yang sama. Etnis suku tersebut mempunyai kebudayaan cukup maju di masa lampau. Hal tersebut terbukti oleh beraneka ragam jenis pakaian adat Sulawesi Utara yang dimiliki sesuai dengan penggunaannya.
Untuk busana yang dipakai sehari-hari, penduduk suku Bolaang Mongondow memakai kulit kayu atau pelepah nenas yang diambil seratnya. Serat yang disebut oleh penduduk di sana dengan nama “lanut” ini lalu ditenun menjadi kain. Kemudian dijahit menjadi busana sehari-hari.
Meskipun begitu, pada saat ini busana keseharian ini telah telah menjadi langka bahkan sulit ditemukan. Sebagian besar masyarakat lebih suka ,mengikuti perkembangan zaman sehingga lebih memilih memakai busana dengan bahan kapas.
Dalam acara seremonial atau upacara adat, pakaian adat Sulawesi Selatan yang dipakai penduduk Bolaang Mangondow dikenal dengan nama Baniang untuk laki-laki dan Salu untuk perempuan. Baniang adalah pakaian dari kombinasi antara destar yang diikat pada kepala dan pomerus yang diikatkan di pinggang.
Sedangkan salu adalah busana dengan kelengkapan berupa kain senket pelekat sebagai pakaian atasan dan bawahan serta hiasan emas untuk bagian dada yang dinamakan hamunse.
Baca juga: Pakaian adat Sulawesi Tengah
3. Busana Adat Minahasa
Suku Minahasa mendiami wilayah di sekitar semenanjung Sulawesi Utara. Suku tersebit dikenal mempunyai peradaban lebih maju daripada suku Bolaang Mongondow di masa lampau.
Hal tersebut terbukti dengan pengetahuan dan keterampilan masyarakat dalam memintal kapas menjadi kain yang lebih nyaman dipakai untuk busana sehari-hari. Pakaian ini disebut dengan nama Bajang.
Untuk acara upacara adat, penduduk Minahasa biasanya menggunakan pakaian adat Sulawesi Utara yang lebih modern. Baju dengan bawahan berupa sarung, serta dilengkapi dasi dan destar penutup kepala dengan bentuk segitiga merupakan pilihan utama.
Sedangkan pada perempuan cenderung lebih sering memakai kebaya dan bawahan kain berwarna sama (yapon), dan pernik perhiasan lain yang diselipkan pada sanggulan rambut, leher, lengan dan telinga.
Baca juga: Pakaian adat Sulawesi Selatan
4. Busana adat Sangihe dan Talaud
Pakaian adat Sulawesi Utara dari suku Sangihe Talaud adalah busana yang biasanya hanya dipakai saat upacara Tulude. Pakaian tersebut terbuat dari bahan serat kofo atau semacam tanaman pisang dengan serat batang yang kuat. Serat ini dipintal, ditenun, dan dijahit menjadi selembar pakaian yang dikenal dengan busana Laku Tepu.
Laku Tepu adalah jenis pakaian berupa baju lengan panjang dan untaiannya sampai ke tumit. Busana ini dipakai bersama aksesoris lain berupa popehe (ikat pinggang), paporong (penutup kepala), bandang (selendang di bahu), dan kahiwu (rok rumbai). Pakaian dan perlengkapan ini dikenakan baik oleh perempuan maupun laki-laki berwarna dasar kuning, merah, hijau, atau warna cerah lain.
Baca juga: Pakaian adat Sulawesi Barat
Pakaian adat pengantin
Pakaian adat kartun
Apa Nama Pakaian Adat Sulawesi Utara?
Dari uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa ada beberapa nama pakaian adat provinsi ini. Setiap nama pakaian memiliki sejarah dan makna tersendiri, sehingga secara tidak langsung mencerminkan nenk moyang mereka, sekaligus mencerminkan seni dan budaya masyarakat yang mengenakannya.
Adapun nama-nama pakaian adat Sulawesi Utara dapat diringkas sebagai berikut:
- Gorontalo: Mukuta dan Biliu
- Bolaang Mangondow: Baniang (laki-laki) dan Salu (perempuan)
- Minahasa: Bajang
- Sangihe dan Talaud: Laku Tepu
Demikian ulasan mengenai pakaian tradisional Sulawesi Utara, Nama, Gambar Dan Penjelasannya. Semoga menumbuhkan kebanggaan kita pada budaya luhur nenek moyang kita khususnya pakaian adat.
Kunjungi pakaian adat lainnya