Mengapa Amerika Serikat memilih Hiroshima sebagai sasaran bom atom?

Mengapa Amerika Serikat memilih Hiroshima sebagai sasaran bom atom? – Sebelum runtuhnya kekuasaan Jepang di Indonesia, pada tanggal 6 Agustus 1945, pukul 8:16 waktu Jepang, pembom B-29 Amerika Serikat, Enola Gay, menjatuhkan bom atom pertama di dunia di kota Hiroshima, Jepang. Sebegitu dahsyatnya, bom ini menewaskan sekitar 80.000 orang dan 35.000 lainnya luka-luka. Sedangkan 60.000 lainnya diperkirakan akan mati pada akhir tahun akibat radiasi bom tersebut.

Pemboman ini diputuskan oleh Presiden AS Harry S. Truman, karena kecewa atas tanggapan Jepang terhadap tuntutan Konferensi Potsdam untuk penyerahan tanpa syarat. Pemboman tersebut bertujuan untuk memaksa Jepang menyerah dan mengakhiri perang karena takut akan kehancuran lebih lanjut.

Bacaan Lainnya

Kota Hiroshima sengaja dipilih oleh AS karena memiliki komunitas perkotaan yang besar dengan instalasi militer dan industri, dan fitur geografisnya memungkinkan ledakan bom dimaksimalkan secara efektif.

Angkatan Udara AS sepakat untuk menghentikan pemboman di Hiroshima. Selanjutnya pada tanggal 5 Agustus, ketika pemboman “konvensional” di seluruh Jepang sedang berlangsung cara, “Little Boy,” (julukan untuk salah satu dari dua bom atom yang tersedia untuk digunakan melawan Jepang), dimuat ke pesawat Letnan Kolonel Paul W. Tibbets di Pulau Tinian di Mariana.

Bom itu memiliki beberapa tulisan yang tertulis di cangkangnya, salah satunya bertuliskan “Salam kepada Kaisar dari orang-orang Indianapolis” (kapal yang mengangkut bom ke Maria).

Ada 90.000 bangunan di Hiroshima sebelum bom dijatuhkan; hanya 28.000 yang tersisa setelah pemboman. Lebih dari 90% dokter Hiroshima dan 93% perawatnya tewas. 30% dari populasi Hiroshima tewas seketika, dengan sekitar 30% lainnya terluka.

Menurut karya klasik John Hersey ‘Hiroshima’ (1946), pemerintah kota Hiroshima telah mempekerjakan ratusan siswi untuk membersihkan jalur kebakaran jika terjadi serangan bom pembakar.

Mereka berada di tempat terbuka saat Enola Gay menjatuhkan beban mautnya. Begitu banyak kebakaran spontan yang terjadi akibat bom tersebut sehingga seorang awak Enola Gay berhenti berusaha menghitungnya.

Awak lain berkomentar, “Ini sangat bagus. Alangkah melegakannya berhasil.” Perdebatan setelah perang berpusat di sekitar perlu tidaknya menjatuhkan bom di Hiroshima untuk memenangkan perang, dengan terpecahnya para sarjana dan sejarawan. Ada juga kecaman atas bom kedua yang dijatuhkan di Nagasaki dan kebutuhannya.

Pos terkait