Impian Simon Bolivar untuk Amerika Latin

Meskipun Simon Bolivar memimpikan Amerika Latin sebagai satu kesatuan bangsa, akhirnya ia menyadari bahwa hal itu tidak mungkin. Ia berkata, ”Amerika (Amerika Selatan) dipisah-pisahkan oleh perbedaan iklim, perbedaan geografi, pertentangan kepentingan, dan sifat-sifat yang tidak sama.”

Seperti diramalkan oleh Bolivar, daratan itu terbagi ke dalam serangkaian bangsa yang pada umumnya didasarkan pada pembagian wilayah (audiencias dan perwakilan-perwakilan kerajaan) yang pernah ada semasa kekuasaan penjajah Spanyol dan sampai batas tertentu juga berdasarkan perbedaan geografi serta budaya.

Argentina, Uruguay, Paraguay, dan Bolivia bagian timur berasal dari Perwakilan Kerajaan lama La Plata; Kolombia, Venezuela, dan Ekuador dibentuk dari Perwakilan Kerajaan Granada Baru; sedangkan Bolivia barat, Chili, dan Peru berasal dari Perwakilan Kerajaan Peru. Wilayah jajahan Portugis menjadi Brasilia. Raja Portugal mengabulkan kemerdekaan Brasilia pada tahun 1822.

Sebelum menjadi republik pada tahun 1889, Brasilia tetap merupakan Kerajaan konstitusional. Para penguasanya adalah Pedro I dan Pedro II, anak dan cucu Raja John VI dari Portugal.

Konstitusi republik-republik baru Amerika Latin ini mengikuti pola konstitusi Amerika Serikat. Kecuali Brasilia, negara-negara itu adalah negara demokrasi. Dalam Doktrin Monroe tahun 1823, Amerika Serikat memperingatkan negara negara Eropa untuk tidak ikut campur dalam masalah bangsa-bangsa baru itu.

Dengan demikian, setelah keluar dari kemelut perang selama 14 tahun, di Amerika Selatan bekas jajahan Spanyol muncul bangsa-bangsa yang masih muda memulai kehidupan kebangsaan mereka. Namun, akibat cengkeraman penjajah selama berabad-abad, republik-republik baru itu kurang siap untuk melakukan pemerintahan sendiri.

Sebagian besar penduduk adalah orang-orang Indian yang buta huruf, bekas-bekas budak, dan mestizo (campuran Indian dan kulit putih) yang terikat pada tanahnya oleh perbudakan dan utang. Bagi mereka demokrasi lebih merupakan cita-cita daripada kenyataan. Pemerintah baru hanya berarti pergantian penguasa, tetapi tidak membawa perbaikan yang berarti buat kehidupan mereka.

Sebenarnya, republik-republik baru itu diperintah oleh beberapa gelintir tuan tanah yang kaya raya, dan masa rakyat sedikit sekali atau sama sekali tidak mempunyai kekuatan politik. Hak-hak politik sering dibatasi. Diktator politik atau caudillo, merupakan gambaran umum tokoh-tokoh Amerika Latin yang masih terus ada sampai sekarang.

Para Diktator, bahkan apa’yang disebut rezim demokrasi, memerintah rakyat dengan tangan besi dan umumnya, demi keuntungan para tuan tanah, pemilik peternakan raksasa, perkebunan tebu dan pertambangan. Pada abad ke-19 dan awal abad ke-20 hanya 10% dari rakyat negara Amerika Latin mana pun yang ikut serta aktif dalam kehidupan berbangsa. Sisanya merupakan orang-orang yang tidak berarti baik secara politis maupun ekonomis.

Pengembangan Ekonomi Sementara bagian terbesar rakyat di negara-negara Amerika Latin hidup dalam kemiskinan, menjadi semakin nyata bahwa sebenarnya negara mereka kaya dengan sumber alam, baik pertanian maupun mineral. Kekayaan alam Amerika Latin menjadi terkenal pada abad ke-20 ketika wilayah ini mulai memasuki pasar dunia dengan produk-produk mereka.

Venezuela kaya akan minyak bumi, yang merupakan sumber penting bagi pendapatan nasionalnya. Kolombia mempunyai iklim yang sangat baik untuk perkebunan kopi. Peru dan Bolivia kaya akan tembaga. Di pulau-pulau karang di sepanjang pantai Peru terdapat banyak sekali timbunan guano (kotoran burung yang digunakan sebagai pupuk).

Chili merupakan salah satu pengekspor tembaga terbesar di dunia. Tambangnya juga menghasilkan besi, nitrat, dan belerang. Argentina mengekspor produk dari daging dan gandum dalam jumlah sangat besar. Brasilia menghasilkan sekitar separuh hasil kopi dunia dan kini sedang menggali deposit bijih besi yang luar biasa banyaknya. Di pusat rangkaian pegunungan Brasilia terdapat batuan mulia, nikel, dan krom. Dari negara-negara Amerika Tengah dihasilkan kopi, pisang, dan kayu besi.

Selama 150 tahun setelah memperoleh kemerdekaan, negara-negara Amerika Latin merupakan penyedia utama bahan-bahan mentah dan hasil pertanian ke Eropa dan Amerika Serikat. Negara-negara itu terkenal sebagai produsen ”makanan pencuci mulut” seperti kopi, gula, pisang, dan cokelat.

Keadaan ekonomi Amerika Latin sangat peka terhadap naik-turunnya harga produk mereka di pasar dunia. Akibatnya, ekonomi Amerika Latin menjadi bulan-bulanan antara boom (masa makmur) dan pailit (masa harga-harga sangat rendah). Suatu keadaan yang sampai sekarang masih berlangsung di banyak negara.

Apabila harga tembaga meningkat, para pemilik tambang di Chili, Bolivia, dan Peru menjadi makmur. Bila harga kopi naik, para pemilik perkebunan kopi di Brasilia, Kolombia, Guatemala, dan El Salvador menjadi kaya. Namun, ketika harga merosot, seperti terjadi pada tahun 1929, Brasilia harus membuang berton-ton kopi ke laut dan keadaan ekonomi menjadi parah.

Meskipun masa makmur dan depresi datang saling bergantian, tetapi sebagian besar rakyat Amerika Latin umumnya tetap saja miskin. Pendapatan per kapita mereka sangat rendah.

Pada pertengahan abad ke-20 mulai terjadi perubahan sosial dan ekonomi di banyak negara. Beberapa bangsa seperti Paraguay, Honduras, dan Ekuador tidak lagi banyak terpengaruh oleh gejolak harga, sementara bangsa-bangsa yang lain-seperti Brasilia, Chili, Argentina dan Venezuela bahkan berkembang lebih cepat. Industrialisasi memegang peran penting dalam perubahan ini.

Argentina membangun industri dalam negerinya lebih awal. Pabrik raksasa pengalengan daging, pabrik terigu, dan pabrik lain yang menghasilkan berbagai jenis barang tumbuh menjamur sehingga pada saat ini tampak bahwa ekonomi Argentina akan maju lebih pesat daripada ekonomi bangsa-bangsa Amerika Latin lainnya.

Pada dekade terakhir, Brasilia, Chili, Venezuela, dan Meksiko terlihat berkembang lebih pesat daripada Argentina. Kini negara-negara yang berkembang pesat ini menghasilkan hampir semua keperluan hidup modern termasukpakaian, lemari es, televisi, radio, obat-obatan, mesin tik, dan mobil.

Kawasan industri di sekitar Sao Paulo, Brasilia dipandang berkembang lebih cepat daripada berbagai kawasan industri mana pun di dunia. Ratusan ribu kendaraan bermotor di produksi di kawasan itu, demikian juga dengan beraneka produk lainnya. Venezuela membangun suatu kota industrinya yang disebut Santo Tomé de Cuayana (terkenal sebagai Ciudad Guayana) di sungai Orinoko, tempat yang dahulunya adalah hutan lebat.

Meskipun kota ini baru dibangun pada tahun 1961, jumlah penduduknya sudah mencapai 150.000 jiwa. Kota industri ini terdiri atas industri~industri baja, peleburan aluminium, semen, dan kertas.

Barang-barang hasil industri sangat sangat mahal harganya, di luar jangkauan sebagian besar rakyat. Dalam pada itu, banyak pemimpin Amerika Latin menerapkan kebijaksanaan tarif impor yang tinggi guna menghambat impor berbagai barang jadi.

Mereka berharap dapat mengembangkan industri dalam negeri dengan menggunakan bahan yang mereka miliki, meskipun dengan risiko yang cukup tinggi, dengan maksud untuk mematahkan kebiasaan lama berupa ekspor bahan mentah yang kemudian diolah di tempat lain di luar negeri. Dengan begitu, mereka berharap dapat mendorong industri dalam negeri dan membangun ekonomi yang lebih mandiri.

Pos terkait