Di pantai timurlaut Amerika Selatan, sepanjang rentangan pantai Guyana Prancis yang jarang penduduknya, pemerintah Prancis telah membangun pangkalan percobaan raksasa bagi penelitian roket untuk maksud-maksud damai. Proyek raksasa ini, yang dimulai pada tahun 1965, terletak di dekat garis khatulistiwa antara kota Tonate dan kota Sinnamary.
Instalasi yang luas ini terdiri atas sebuah pelabuhan sungai, pabrik pembangkit tenaga listrik, jaringan air, dan perumahan baru bagi ribuan pekerja. Pusat ruang angkasa ini membawa perubahan besar bagi Guyana Prancis.
Karena, sebelum dipindahkannya tawanan terakhir dari rumah penjara lepas pantai di Pulau Iblis pada tahun 1945, negeri itu dikenal oleh dunia sebagai tanah jajahan tempat pembuangan yang mengerikan bagi nara pidana vonis mati dan para tawanan politik semenjak meletusnya Revolusi Prancis.
Baca juga: Amerika Utara
Geografis Guyana Prancis
Secara geografis, Guyana Prancis merupakan tempat yang baik bagi proyek raksasa ruang angkasa. Roket yang diluncurkan dari pantainya di tembakkan ke arah timur melintasi Samudra Atlantik untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kecelakaan di darat, sedangkan rata-rata kecepatan bumi di garis khatulistiwa menambah daya-lepas-landas.
Meskipun iklim bagian tengah daratannya sangat panas dan lembap, angin pasat yang sejuk dan nyaman menjaga kestabilan suhu di sepanjang pantai yang tenang dan nyaman dengan suhu sekitar 27°C hampir sepanjang tahun.
Kunjungi peta Guyana Prancis di google map
Sejarah dan Pemerintahan Guyana Prancis
Pantai timurlaut Amerika Selatan pertama kali terlihat oleh Columbus dalam perjalanan bersejarahnya yang ketiga dan, orang Eropa yang terpikat oleh dongeng harta karun emas yang melimpah, mulai berdatangan ke pantai Dunia Baru dalam berbagai kelompok kecil pada awal abad ke-16.
Dengan menghindari hutan hujan-tropis yang lebat, yang meluas berkilo-kilometer sampai bagian tengah timurlaut Amerika Selatan, mereka mendirikan permukiman di sekitar pantai yang sempit dan berawa di sepanjang pantai Karibia. Bangsa Prancis menemukan kota pantai Cayenne, kini ibu kota negara ini, pada awal abad ke-17 dan, kecuali selama suatu periode singkat, mereka tetap menguasai daerah itu.
Guyana Prancis merupakan bagian seberang lautan Prancis. Pemerintah Prancis diwakili oleh Dewan Komisioner. Pemerintahan lokal dijalankan oleh Dewan Negara yang beranggotakan 16 orang dan Dewan Daerah yang beranggotakan 31 orang. Bangsa ini memilih seorang wakil, masing-masing untuk Dewan Nasional Prancis dan Senat Prancis.
Penduduk Guyana Prancis
Sebagian besar penetap awal tidak siap untuk menghadapi kehidupan yang ganas di daerah Dunia Baru yang terpencil dan tak menyenangkan ini. Iklimnya hampir tidak tertahankan, suku Indiannya seringkali buas, dan penyakit tropis menelan ratusan korban. Beberapa dasawarsa berlalu sebelum, pada akhirnya, didirikan permukiman tetap.
Pada tahun-tahun menjelang berkobarnya Perang Dunia II, Guyana Prancis tidak lebih dari sekadar daerah jajahan secara hukum. Undang-undang perbudakan, yang telah menyediakan tenaga buruh yang dibutuhkan untuk menggarap perkebunan gula, akhirnya dihapus pada tahun 1848.
Akibatnya, produksi gula turun secara drastis. Beberapa tahun kemudian, pemerintah Prancis mulai mengirimkan para tawanan ke Guyana Prancis. Beberapa narapidana, yang ribuan orang jumlahnya, dikurung di berbagai penjara di pulau lepas-pantai.
Sebagian lainnya dipaksa bekerja di hutan belantara atau bekerja di perkebunan di bawah kondisi yang sangat kejam sekali. Hanya sedikit saja yang mampu bertahan menghadapi perlakuan yang tidak manusiawi ini.
Penduduk Guyana Prancis berjumlah sekitar 70.000 orang. Kini tinggal beberapa ribu orang Amerindian dan keturunan para budak hitam yang masih hidup di hutan yang sangat luas, yang menutupi hampir sembilan persepuluh total wilayah negara yang luasnya kira-kira 91.000 km2. Sisanya, yang merupakan jumlah terbesar, di sebut orang Kreol.
Kreol adalah keturunan para pemukim Prancis asli, budak hitam, dan beberapa imigran Asia. Orang ini tinggal di daerah pantai Terres Basses dan daerah Inini Terres Hautes. Pendidikan di negeri ini diberikan secara cuma-cuma dan wajib sehingga buta huruf di antara Kreol praktis tidak ada. Bahasa resmi negara adalah bahasa Prancis dan hampir setiap penduduknya beragama Katolik Roma.
Hutan yang luas, buas, tak terjamah dan curah hujan yang turun lebat dan mantap selama musim penghujan telah menciptakan kondisi kerja yang sulit sehingga menghambat kemajuan bidang industri dan pertanian Guyana Prancis.
Namun, metode teknologi modern yang kini diperkenalkan telah mengakibatkan kepercayaan baru bagi negara. Sebagai akibatnya, produksi emas dan mineral lainnya mulai meningkat, sedangkan produksi ubi jalar, gula pasir, serta jagung bertambah setiap tahun.
Baca juga: Nama negara di dunia
Diulas oleh C.M. TUMA, Kepala Bagian Dokumentasi, Kedutaan Besar Prancis
Editor: Sejarah Negara Com