Biografi singkat Amartya Sen – Amartya Sen adalah seorang ekonom India yang lahir pada tahun 1933 di Santiniketan, Bengali Barat, India. Ia besar di lingkungan berpendidikan. Ayahnya bernama Ashutosh Sen, adalah seorang guru kimia di Dhaka University, sementara kakeknya bernama Kshiti Mohan Sen adalah seorang guru bahasa Sansekerta dan budaya India di kampus Rabindranath Tagore’s Visva-Bharati.
Tahun 1940 memberikan kenangan bersejarah yang terus terekam di dalam ingatan Sen, saat terjadi kemiskinan, kelaparan, kekerasan, dan isu ras serta agama.
Ketika itu seorang lelaki yang menjadi korban kekerasan datang ke rumahnya dan harus di rawat di rumah sakit. Pria dari kelompok Kader Mia tersebut menjadi korban penusukan dalam perjalanannya melewati daerah konflik untuk mencari pekerjaan.
Kejadian tersebut menyadarkan Amartya Sen bahwa alasan ekonomi bisa menjadi pemicu dari kekacauan tersebut. Kemiskinan yang membuat seseorang harus melewati daerah konflik yang berbahaya untuk mencari pekerjaan, ditambah lagi dengan pemikiran yang sempit mengakibatkan seseorang mudah terpengaruh paham politik yang memanfaatkan kelompok-kelompok militan yang tak mau menyadari keberagaman India sebagai sebuah kebudayaan yang kuat hasil dari percampuran berbagai keberagaman.
Pengalaman tersebut melekat dan mempengaruhi perilaku Sen saat kuliah di Presidency Collage pada tahun 1951-1953. Guru-guru besar Presidency Collage seperti Bhabatosh Datta and Tapas, menjadi inspirasi baginya.
Akan tetapi maju mundurnya persaingan fanatik politik dan sekte menghalangi keinginan Sen untuk mencari banyak pengalaman dan ilmu. Maraknya pembicaraan isu politik saat itu tak pernah membuat Sen tertarik ikut bergabung dalam dunia politik.
Pada tahun 1953, Sen pindah dari Calcutta ke Cambridge untuk belajar di Trinity College. Meskipun sudah mendapat gelar B.A. dari Calcutta University dengan program utama ekonomi dan matematika minor, Cambridge menawarkan gelar B.A. lain untuk program ekonomi murni yang harus diselesaikan dalam dua tahun.
Berbeda dengan di Calcutta yang panas dengan isu ras dan politik, di Cambridge justru tengah panas dengan perdebatan tentang ekonomi, yakni antar ekonomi Keynisian dan ekonomi neoklasik.
Ingatan masa kecil Amartya Sen tentang kemiskinan dan kelaparan yang terjadi di sekitar tempat tinggalnya menjadi dasar bagi Sen untuk mempelajari, meneliti, dan mencari penyebab kelaparan serta penanggulangannya sejak pertengahan tahun 1970.
Kemudian ia mengembangkannya ke masalah ekonomi yang lebih luas di bawah World Institute of Development Economics Research (WIDER) di Helsinki.
Kemampuan individu untuk memenuhi kebutuhan akan pangan bergantung pada karakteristik fisik dan mental, juga pada kesempatan sosial dan pengaruh. Tidak hanya pada penilaian dari keuntungan pribadi, tetapi juga efisiensi dan ekuitas kebijakan sosial.
Pada tahun 1989, bersama dengan Mahbub ul Haq, Sen mendukung program pembangunan PBB (United Nation Development Ptogram) dalam menyusun Index Pembangunan Manusia. Penilaiannya tentang standar hidup mendapatkan perhatian dunia internasional dan menjadi sumber internasional yang paling otoritatif dalam perbandingan kesejahteraan antarnegara.
Sen juga banyak menulis buku yang berisi tentang ekonomi, sosial, dan kesejahteraan masyarakat. Karena dedikasinya dalam bidang ekonomi dan penanganan kelaparan, ia mendapatkan beberapa penghargaan, antara lain:
- Indira Gandhi Gold Medal Award of the Asiatic Society tahun 1994
- Nobel Prize Economics tahun 1998
- Eisenhower Medal, USA tahun 2000
- Honorary Companion of Honour, UK tahun 2000
Amartya Sen yang dijuluki sebagai Theresa Ekonomi menggunakan uang yang didapatnya dari penghargaan Nobel untuk mewujudkan obsesi lamanya, antara lain dalam bidang literasi, perawatan kesehatan dasar, dan kesetaraan gender yang khusus ditujukan untuk India dan Bangladesh.
Sen mendapatkan gelar master dari Trinity College, Cambridge, pada tahun 1998, dan menjadi orang Asia pertama yang memimpin sebuah perguruan tinggi, Oxbridge.
Ia juga emegang rekor yang menakjubkan, yaitu sebagai penerima gelar kehormatan terbanyak (berdasarkan 53 CV-nya) dan selalu hadir untuk menerima serta memberikan pidato. Pada Januari 2004, ia kembali ke Harvard dan mengajar hingga sekarang.
Ilmuwan yang pernah bercita-cita menjadi biksu ini sekarang menjadi guru besar ilmu ekonomi dan filsafat di Trinity College, Cambridge, Inggris, dan beberapa universitas lain di dunia. Selain itu, ia juga menjabat sebagai Presiden Asosiasi Ekonom Amerika. Menariknya, meskipun sebagian besar dari usianya dihabiskan di Amerika dan Inggris, ia tetaplah seorang warga negara India.
Dalam konteks tersebut, pemikiran dan gagasan Sen menjadi relevan dan penting untuk disimak. Sen adalah ilmuwan kelas dunia dengan kepedulian yang kuat terhadap hak asasi manusia. Gagasannya mengarah pada signifikansi kesejahteraan serta hak asasi manusia dalam teori dan praktik-praktik pembangunan.
Ia memberikan landasan dan kontribusi dalam welfare economics dan mengembangkan pemikiran untuk mengembalikan dimensi etis dalam problem-peroblem ekonomi. Dalam teori-teorinya, Sen menarik perhatian internasional terutama dalam rangka memajukan kesejahteraan, pembangunan manusia, dan keamanan ekonomi.
Bagi Amartya Sen, pengingkaran terhadap hak asasi akan menjadi kendala bagi pembangunan manusia, karena jaminan akan hak asasi manusia dapat mengurangi resiko bencana sosial ekonomi.
Hal ini jelas dapat diterapkan apabila anggota-anggota masyarakat memiliki sarana atau akses untuk mengadu, memperoleh kesempatan untuk mendapatkan informasi, serta menerima pengajaran yang mampu membuka wawasan dan kesadaran akan hak mereka.
Selanjutnya baca Amartya Sen seorang ekonom kaum papa